Wednesday 27 May 2015

Sejarah Desa Boyolangu


            Menurut cerita Mbah Ti in (67 tahun), bonyolangu dulunya merupakan sejarah nama dari majapahit dan dulunya merupakan daerah rawa-rawa. Nama Boyolangu dulunya adalah Ndadap Langu. Nama Ndadap Langu diambil dari nama Kyai Ndadap Langu dulu adalah bupati pethak terus ke mbah roro kembang sore saking putro betak. Terkait sejarah zaman lalu dimana lembu peteng utusan majapahit ke penghabisan gajah mada kyai mbesari.
            Dinamakan Bonyolangu karena dulunya ada penjelmaan dimana ada seorang perempuan yang naik becak kemudian turun di jembatan, kemudian perempuan itu terjun ke sungai berubah jadi buaya. Sejak itu desa ini dinamakan Desa Boyolangu.
        Dan ada sumber lain mengatakan nama Bonyolangu karena dulu ada buaya meninggal kemudian baunya “langu” seperti bau ikan yang menyengat.
            Menurut bapak juru kunci gua pasir, desa sini dinamakan Boyolangu karena dahulu daerah sini masuk  kedalam daerah dari kerajaan Majapahit, dan kebetulan di daerah sini merupakan tempat terjadinya pertempuran antara utusan dari kerajaan Majapahit yaitu Dadap Langu dengan penduduk yang mendiami daerah ini atau wilayah ini, karena pada saat itu yang mendiami wilayah ini ialah para pengikut dari kerajaan Mataram yang memberontak dan lari dari kerajaan Mataram kemudian mencoba untuk tinggal di wilayah ini. Akan tetapi Majapahit mengirimkan utusan untuk mengajak bergabungnya para pengikut kerajaan Mataram yang memberontak tersebut untuk mau mengabdi kepada kerajaan Majapahit. Raja Majapahit memberikan titah kepada adipatinya bahwa bila mereka tidak mau bergabung maka mereka harus di bunuh. Akan tetapi para pengikut tersebut tidak mau mengabdi di bawah kerajaan Majapahit sehingga terjadilah perang di wilayah ini, lokasi perang tersebut di pinggir sungai besar dan terdapat banyak buaya banyak di sinilah utusan dari Majapahit yaitu Dadap Langu tersebut tewas sehingga wilayah ini dinamakan BoyoLangu
            Pada tahun 1205 M, masyarakat Thani Lawadan di selatan Tulungagung, mendapatkan penghargaan dari Raja Daha terakhir, Kertajaya, atas kesetiaan mereka kepada Raja Kertajaya ketika terjadi serangan musuh dari timur Daha. Penghargaan tersebut tercatat dalam Prasasti Lawadan dengan candra sengkala "Sukra Suklapaksa Mangga Siramasa" yang menunjuk tanggal 18 November 1205 M. Tanggal keluarnya prasasti tersebut akhirnya dijadikan sebagai hari jadi Kabupaten Tulungagung sejak tahun 2003.
            Di Desa Boyolangu, Kecamatan Boyolangu, terdapat Candi Gayatri. Candi ini adalah tempat untuk mencandikan Gayatri (Sri Rajapatni), istri keempat Raja Majapahit yang pertama,Raden Wijaya  (Kertarajasa Jayawardhana), dan merupakan ibu dari Ratu Majapahit ketiga, Sri Gitarja (Tribhuwanatunggadewi), sekaligus nenek dari Hayam Wuruk (Rajasanegara), raja yang memerintah Kerajaan Majapahit di masa keemasannya. Nama Boyolangu itu sendiri tercantum dalam Kitab Nagarakertagama yang menyebutkan nama Bayalangu/Bhayalango (bhaya = bahaya, alang = penghalang) sebagai tempat untuk menyucikan beliau. Berikut ini adalah kutipan Kitab Negarakertagama yang ditulis oleh Mpu Prapanca dan telah diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia:
                                                                                                                                                 


 Narasumber

 Nama              :Mbah Tiin
Umur              : 67 tahun
Pekerjaan       : pegangguran
Alamat            : utara masjid boyolangu

Bukti Fisik Peninggalan Sejarah yang ada;   

                    

0 comments:

Post a Comment