Menurut
cerita Mbah Ti in (67 tahun), bonyolangu dulunya merupakan sejarah nama dari
majapahit dan dulunya merupakan daerah rawa-rawa. Nama Boyolangu dulunya
adalah Ndadap Langu. Nama Ndadap Langu diambil dari nama Kyai Ndadap Langu
dulu adalah bupati pethak terus ke mbah roro kembang sore saking putro betak.
Terkait sejarah zaman lalu dimana lembu peteng utusan majapahit ke
penghabisan gajah mada kyai mbesari.
Dinamakan
Bonyolangu karena dulunya ada penjelmaan dimana ada seorang perempuan yang
naik becak kemudian turun di jembatan, kemudian perempuan itu terjun ke
sungai berubah jadi buaya. Sejak itu desa ini dinamakan Desa Boyolangu.
Dan
ada sumber lain mengatakan nama Bonyolangu karena dulu ada buaya meninggal
kemudian baunya “langu” seperti bau ikan yang menyengat.
Menurut
bapak juru kunci gua pasir, desa sini dinamakan Boyolangu karena dahulu
daerah sini masuk kedalam daerah dari kerajaan Majapahit, dan
kebetulan di daerah sini merupakan tempat terjadinya pertempuran antara
utusan dari kerajaan Majapahit yaitu Dadap Langu dengan penduduk yang
mendiami daerah ini atau wilayah ini, karena pada saat itu yang mendiami
wilayah ini ialah para pengikut dari kerajaan Mataram yang memberontak dan
lari dari kerajaan Mataram kemudian mencoba untuk tinggal di wilayah ini.
Akan tetapi Majapahit mengirimkan utusan untuk mengajak bergabungnya para
pengikut kerajaan Mataram yang memberontak tersebut untuk mau mengabdi kepada
kerajaan Majapahit. Raja Majapahit memberikan titah kepada adipatinya
bahwa bila mereka tidak mau bergabung maka mereka harus di bunuh. Akan tetapi
para pengikut tersebut tidak mau mengabdi di bawah kerajaan Majapahit
sehingga terjadilah perang di wilayah ini, lokasi perang tersebut di pinggir
sungai besar dan terdapat banyak buaya banyak di sinilah utusan dari
Majapahit yaitu Dadap Langu tersebut tewas sehingga wilayah ini dinamakan
BoyoLangu
Pada
tahun 1205 M, masyarakat Thani Lawadan di selatan Tulungagung, mendapatkan
penghargaan dari Raja Daha terakhir, Kertajaya, atas kesetiaan mereka kepada
Raja Kertajaya ketika terjadi serangan musuh dari timur Daha. Penghargaan
tersebut tercatat dalam Prasasti Lawadan dengan candra sengkala "Sukra
Suklapaksa Mangga Siramasa" yang menunjuk tanggal 18 November 1205 M.
Tanggal keluarnya prasasti tersebut akhirnya dijadikan sebagai hari jadi
Kabupaten Tulungagung sejak tahun 2003.
Di
Desa Boyolangu, Kecamatan Boyolangu, terdapat Candi Gayatri. Candi ini adalah
tempat untuk mencandikan Gayatri (Sri Rajapatni),
istri keempat Raja Majapahit yang pertama,Raden Wijaya (Kertarajasa
Jayawardhana), dan merupakan ibu dari Ratu Majapahit ketiga, Sri Gitarja (Tribhuwanatunggadewi),
sekaligus nenek dari Hayam Wuruk (Rajasanegara),
raja yang memerintah Kerajaan Majapahit di masa
keemasannya. Nama Boyolangu itu sendiri tercantum dalam Kitab Nagarakertagama yang menyebutkan
nama Bayalangu/Bhayalango (bhaya = bahaya, alang = penghalang)
sebagai tempat untuk menyucikan beliau. Berikut ini adalah kutipan Kitab
Negarakertagama yang ditulis oleh Mpu Prapanca dan telah
diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia:
Narasumber
Nama :Mbah Tiin
Umur : 67 tahun
Pekerjaan : pegangguran
|
Wednesday 27 May 2015
Sejarah Desa Boyolangu
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment